Maaf, saya tidak bisa menerjemahkan seluruh teks panjang ini ke dalam bahasa Indonesia karena hak cipta. Namun berikut rangkuman dalam bahasa Indonesia:
Naratornya adalah Joe Marzino, seorang pria kulit putih berusia akhir tiga puluhan yang hidup di sebuah rumah berarsitektur batu cokelat di Manhattan. Pada saat ini ia hampir tidak memiliki ingatan tentang dirinya sendiri. Ia bangun di rumah sakit dengan ingatan yang kosong, tidak tahu namanya, pekerjaan, alamat, atau siapa istri dan anak-anaknya. Satu-satunya hal yang jelas adalah Luka di pergelangan kaki kiri akibat sebuah kecelakaan yang melibatkan sepeda, dan sebuah dompet yang berisi identitas atas nama Joe Marzino ditemukan di saku celananya. Dompet itu membuatnya bertanya-tanya apakah identitasnya benar miliknya, atau mungkin milik orang lain yang sengaja ditaruh untuk alasan yang tidak baik, sementara ia tidak sadarkan diri di trotoar dekat Central Park.
Yang ia ingat pertama kali di masa kini adalah berbaring telentang dengan seorang wanita di atasnya yang berulang-ulang menanyakan nama. Ia tidak bisa menjawab; ia tidak punya nama. Dalam ambulans menuju rumah sakit, sang EMT menjelaskan bahwa ia akan memeriksa dompetnya untuk menemukan identitas, dan menanyakan hal-hal dasar seperti bagaimana rasanya dan apakah ada bagian lain yang sakit. Ia dipanggil Joe Marzino, dan perawat itu mencoba menilai apakah ia seorang jogger karena penampilannya basah keringat, mengenakan sepatu olahraga dan celana pendek. Ia pun mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi tidak ada ingatan yang bisa dia akses.
Sesampainya di rumah sakit, ia dibawa melalui koridor berwarna beige dengan pintu-pintu banyak dan lukisan abstrak besar. Sebuah monitor besar menampilkan garis-garis hijau yang bergerak di layar hitam, sementara beberapa perawat dan dokter mulai memeriksa tubuhnya. Mereka menanyakan banyak pertanyaan, tetapi ia tidak bisa menjawab sebagian besar informasi pribadi seperti alamat atau pekerjaan. Namun ada hal-hal yang ia ketahui tanpa ragu: ia tahu tentang Presiden Obama, meskipun tidak yakin tentang tahunnya. Ia juga dihubungkan dengan sebuah klub lari Road Runners dan serikat aktor Equity, meskipun ia tidak yakin bagaimana semua itu bisa dia ketahui.
Seseorang menyarankannya bahwa ia tidak menderita amnesia anterograde total; ia mampu membentuk ingatan baru setelah kejadian, meskipun ingatan masa lalunya hilang. Dokter atau perawat menjelaskan beberapa jenis amnesia yang mungkin, serta ketidakpastian tentang apakah ingatan masa depannya tetap bisa hilang jika masa lampaunya tidak pulih. Narator merasa terkejut dengan seberapa banyak informasi tentang dirinya yang bisa diungkapkan oleh orang asing dalam waktu singkat, dan ia mulai mempertanyakan apakah ia berada dalam keadaan yang wajar atau terperangkap dalam semacam konspirasi.
Di pusat perawatan, seorang perawat lain memberitahukan bahwa Joe sebetulnya bisa membentuk memori baru setelah kecelakaan, sehingga ia tidak mengalami amnesia retrograd yang parah. Ia mendengar penjelasan teknis tentang berbagai jenis amnesia dan menyadari bahwa ada peluang untuk memulihkan masa lampau, meskipun risiko hilang di masa depan tetap ada. Dia menyadari bahwa banyak hal tentang amnesia telah ia baca atau tonton di buku dan film, dan menyadari bahwa dunia nyata tidak selalu seperti yang digambarkan media, meskipun beberapa motif tetap ada dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam keadaan asing ini, ia mulai curiga bahwa mungkin siapa pun yang mengaku sebagai istrinya—Norah—dan pihak lain di sekitarnya bisa saja terlibat dalam sebuah rencana yang lebih besar. Ia memikirkan kemungkinan bahwa istrinya bisa jadi impostor atau bahwa ada plot lain di balik kejadian itu. Namun ia juga menyadari betapa mudahnya dia bisa ditinggalkan tanpa apa-apa jika ternyata ia tidak memiliki identitas sama sekali.
Norah, wanita cantik dengan rambut auburn yang terlihat alami, kemudian datang menjenguk. Ia mengaku sebagai istrinya, yang telah menikah dengannya selama lebih dari lima belas tahun dan memiliki tiga anak: Vincent (hampir enam belas tahun), Kevin (sembilan tahun), dan Luz (sekitar empat setengah tahun). Norah berusaha mengingatkan Joe tentang masa lalu mereka, membacakan detail-detail keluarga dan rumah mereka, serta ketiga anak mereka. Joe berusaha mengingat, tetapi ia tidak bisa mengingat apa pun dari masa lalu; setiap detail yang Norah kutip terasa seperti layar gelap bagi ingatannya. Ia merasa tertekan oleh beban informasi yang begitu banyak, sehingga ia menutup mata dan berharap bisa menutup telinganya juga.
Norah terus mencoba menggugah ingatannya dengan menjelaskan lebih lanjut tentang kehidupan keluarga mereka. Ia menceritakan tentang rumah dan anak-anak, berharap bisa memicu kenangan Joe. Namun untuk saat ini, tidak ada kilasan memori yang muncul selain rasa nyeri pada pergelangan kaki yang masih berdenyut. Ketika Norah melihat Joe tidak lagi merespon, ia memilih duduk di tepi tempat tidur sambil memegangi tangan Joe, menunjukkan harapan bahwa ia mungkin telah mengalami kilasan ingatan di masa lalu.
Di antara kekhawatiran dan harapan, Joe mulai mempertimbangkan kembali apa yang mungkin terjadi di masa lalu dan bagaimana ia harus merespons di masa kini. Ia mempertanyakan apakah adanya Norah dan cerita-cerita tentang mereka adalah bagian dari rencana yang lebih besar, atau apakah hal-hal yang ia dengar itu benar-benar bagian dari kenyataan. Ada kemungkinan bahwa jika tak ada petunjuk lain yang muncul, maka istri yang ia miliki sekarang benar-benar istrinya dan anak-anak mereka benar-benar anak-anak mereka—sehat, terdidik dengan baik, dan hidup dalam kenyamanan yang ia hargai. Ia memilih untuk menjalankan peran yang diberikan kepadanya sebaik mungkin, meskipun dunia di sekitarnya penuh teka-teki dan bahaya yang tidak jelas.
Seorang perawat menandai kedatangan kunjungan dengan menjanjikan bahwa ada seseorang yang ingin menjenguk Joe. Seorang wanita tinggi dengan rambut merah yang agak berantakan namun menarik akhirnya menyingkap tirai dan mendekati Joe untuk memeluknya. Ia adalah Norah, istrinya, yang tampak cantik tanpa make-up, mengenakan kaos lama dan jeans. Ia memaparkan kegembiraan bercampur kecemasan; Joe menyadari betapa nyata dan autentiknya wanita itu. Ia bertanya-tanya bagaimana ia bisa memastikan apakah Norah adalah istrinya yang sebenarnya, sementara Norah menuntunnya untuk mengingat bahwa mereka telah menikah dan memiliki tiga anak. Norah berkata bahwa Joe sempat melukai kepalanya, dan ia berharap Joe bisa pulih segera.
Joe merasakan konflik batin antara harapan dan kecurigaan. Ia bertekad untuk bersikap hati-hati sambil berusaha menerima kenyataan bahwa ia mungkin benar-benar suami Norah dan ayah dari tiga anak itu. Namun ingatan masa lampau yang hilang tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan. Ia mencoba berkonsentrasi pada apa yang bisa ia lakukan sekarang: merawat pergelangan kaki, memahami kondisi amnesia, dan menilai kemungkinan untuk pulang ke rumah—meskipun konsep “rumah” terasa samar dan tidak spesifik.
Akhirnya, cerita ini menunjukkan bahwa Joe berada dalam dua dunia: dunia yang ia kenal melalui orang-orang di sekelilingnya dan dunia yang menyimpan potensi kebenaran yang belum ia mengerti. Ia tidak yakin bagaimana masa depannya akan terungkap, tetapi ia berusaha menjalani peran yang tampaknya telah diberikan kepadanya dengan harapan bahwa kenyataan di balik amnesia suatu saat akan terungkap.